for My Heart


Senja

Senja itu mengatakan padaku
Di kaki cakrawala ada kerinduan
Malambai memanggil pelita
Nafas malam mendesah mesra
Bulan tersenyum sendu
Awan jingga memanggil
"Kutunggu kau di batas cakrawala,
kutunggu bersama kerinduanku"


Setyo

Langit masih terluka

Langit masih terluka
air mata terus mengucur dari tubuhnya
Matahari masih asyik bermain
menyapa ikan-ikan di laut
mulut-mulut bumi kehausan
terbungkam, tertutup rumah-rumah keserakahan
nadi-nadinya tersumbat kebodohan dan kecerobohan
paru-parunya musnah ditelan kerakusan
Bejana-bejana raksasa
bergetar menampung air mata langit
Tubuhnya bergolak
memaksa diri melebarkan tubuhnya
menggandeng bumi mengaliri nadi
demi keseimbangan semesta

angin terharu menghiasi
membantu melapangkan kesadaraan


Surakarta, 15 Februari 2002

dari masa lalu


Dimana?

Sorga telah habis kaplingnya
Manusia-manusia suci telah membelinya
Semua perbuatan di dunia untuk membeli sorga
Hanya untuk diri dan keturunannya.
Sementara manusia lain yang tak kuat
Atau tak punya kesempatan untuk membeli sorga
Tersingkir, disia-sia, dan tak pernah disapa.
Manusia tak ingat pada yang menguasa
Karena hanya semua untuk sorga.
Tak ada lagi perbuatan karena yang maha
Semua hanya untuk membeli sorga.
Lantas manusia yang tak kuat membeli
Harus tinggal di mana?


Tawangmangu, 29-1-2002

Ketika Alam Merindu


Ketika Alam Merindu

Tsunami, Gempa, Kekeringan, banjir, flu burung, angin ribut,
Demam berdarah,……..
Masih akan datang kepadamu
Untuk didengar dan disapa

Alam telah menyapa silih berganti
Mengajak bertegur sapa
Marah???
Tidak!!
Ia tak seperti yang kau tuduhkan.
Alam selalu penuh kasih sayang
Ia yang terlupakan rindu kepadamu
Tak rela kesedihan akan menimpamu
Mencoba menghindarkanmu dari penderitaan
Ia tak pernah meminta balasan darimu
tulus dan ikhlas memberi semua untukkmu

ia sangat merindukanmu
ia akan datang lagi untuk menyapamu
tunggulah!!

Ia akan segera menyapamu kembali
Ia merindukanmu, Ia mencintaimu.

Solo, 28 Agustus 2006

Menjelang Prahara


Menjelang Prahara I


Langit di atas bumiku menghitam
Cuaca bertabrakan
Kemarau dan pengujan memberontak
Bergumul menjadi satu
Keserakahan merajalela
Nyawa tiada berharga

Tuhan tidak lagi Esa

Manusia menjadi tuhan-tuhan baru
Tuhan menjadi pembenaran
Tuhan ada dalam persepsi

Manusia saling menyalahkan
Saling berebut kebenaran.
Saling berebut Tuhan.

Tuhan yang mana yang paling benar?

Solo, 17 Juli 2001



Menjelang Parahara II


Sementara mereka mempersiapkan pedang
Sementara mereka mempersiapkan senapan
Sementara mereka mempersiapkan strategi
Sementara mereka mempersiapkan lidah
Sementara mereka mengasah undang-undang
Sementara mereka mempersiapkan pertempuran

Yang kusiapkan hanya Satu
“Kasih sayang”

Solo, 17 Juli 2001

Untuk Penguasa Tercinta

Bapak-bapak terhormat
Kami hanya rakyat kecil
Beri contoh pada kami

Tentang musyawarah yang baik,
Tentang mengatur negara yang baik,
Tentang berkehidupan yang baik,
Tentang berkasih sayang,
Tentang keikhlasan,
Tentang ketulusan,
Dan tentang menjadi manusia
yang memanusiakan manusia
secara manusiawi.


Bapak pilihan kami.
Kami telah memilih engkau
karena engkau lebih baik dari kami
karena kami yakin engkau patut dijadikan contoh
bagi anak cucu kami.

Kami tak ingin anak cucu kami
Hanya tahu berselisih, bermusuhan, dan berebut kekuasaan

Tolong penuhi harapan-harapan kami dan anak cucu kami.

Solo, 17 Juli 2001


Mengapa?

Mengapa bencana ini belum juga berakhir?
Mengapa kebencian ini belum juga sirna?
Mengapa ketidak adilan ini mesih bersama kami?
Mengapa hati nurani sampai mati?
Mengapa?

Solo, 17 Juli 2001

Salam

...

Kidung itu mengalun lembut
Sayup-sayup terbawa angin
Dibawah gerhana purnama
Pada malam-malam misteri
Di antara kegelapan yang menyelimuti

Kurasakan cinta malam itu
Menyejukkan, damai
Kurindukan belaian cahaya
Kubayang kebebasan awang
Lepas dari cengkeraman gelap
Yang menyayat dan sembunyikan kasih
Belaian angkasa bisikkan hati semesta
Cahaya itu akan datang padamu
Gelap ini akan sampai pada akhirnya
Segera setelah cinta kau kasih

...

Setyo Dwi Herwanto

Kerinduan

Kidung itu mengalun lembut
Sayup-sayup terbawa angin
Dibawah gerhana purnama
Pada malam-malam misteri
Di antara kegelapan yang menyelimuti

Kurasakan cinta malam itu
Menyejukkan, damai
Kurindukan belaian cahaya
Kubayang kebebasan awang
Lepas dari cengkeraman gelap
Yang menyayat dan sembunyikan kasih
Belaian angkasa bisikkan hati semesta
Cahaya itu akan datang padamu
Gelap ini akan sampai pada akhirnya
Segera setelah cinta kau kasih